Lokasi

https://goo.gl/maps/sHQx3zNBn9bhHFuR8

Translate

Sabtu, 21 Juli 2012

MENUMBUHKAN RASA CINTA PERPUSTAKAAN PADA GENERASI PRAGMATIS : KETIKA IMBALAN BERKATA BANYAK


Penulis: Tanti Kosmiyati Kostaman (Yogyakarta)

Kemajuan jaman telah membuat masyarakat Indonesia sekarang ini menjadi pragmatis, dimana mereka menjadi sangat efisien dan berorientasi pada keuntungan pribadi. Sekarang, individu enggan melakukan sesuatu jika hal itu tidak memberikan keuntungan maksimal baginya.
Dalam konteks tersebut, mengunjungi perpustakaan kini dipandang sebagai hal yang tidak praktis, sehingga perlahan-lahan praktek tersebut ditinggalkan. Karena sekarang ini sudah ada banyak hal yang bisa menggantikan fungsi perpustakaan dalam kehidupan sehari-hari, yang jauh lebih praktis. Misalnya untuk hiburan. Daripada jauh-jauh ke perpustakaan untuk membaca, ada televisi yang siap memberikan hiburan selama 24 jam. Atau jika membutuhkan suatu informasi, daripada jauh-jauh membongkar buku-buku di perpustakaan, ada internet yang bisa memberikan jutaan informasi dengan sekali ketik.
Padahal, perpustakaan masih mengandung segudang manfaat, yang sayang jika disia-siakan. Menonton film dan membaca buku adalah dua hal yang berbeda, meski esensinya sama-sama memberi hiburan. Pun mengenai informasi, internet tidak selalu bisa memberikan apa yang bisa diberikan buku-buku di perpustakaan.
Kita memang tidak bisa menghentikan perubahan masyarakat. Kemunculan media baru tentunya memberikan banyak manfaat. Namun, alangkah baiknya jika kita bisa membuat masyarakat tetap memelihara nilai-nilai lama, meskipun mereka juga telah melangkah ke dunia yang baru. Menonton televisi dan membaca buku di perpustakaan adalah hal yang bisa sama-sama dilakukan. Dalam hal pencarian informasi pun, internet dan perpustakaan bisa saling melengkapi sehingga sumber dan ragam informasinya bisa menjadi lebih dalam dan kaya.
Kondisi tersebut bukan hal yang tidak mungkin. Asal bisa mencari cara yang tepat, maka kita bisa menumbuhkan kembali kecintaan terhadap perpustakaan pada masyarakat yang telah menjadi semakin pragmatis ini. Yang diperlukan adalah perlakuan yang tepat. Dalam tulisan ini, sistem imbalan diasumsikan sebagai solusi yang tepat dalam usaha tersebut.
I.   Permasalahan
Dalam artikel ini, permasalahan yang diangkat adalah metode seperti apa yang cocok untuk menumbuhkan kembali rasa cinta perpustakaan pada masyarakat yang kini bersifat pragmatis. Metode tersebut harus tepat mengenai sasaran, sehingga tidak sia-sia setelah dilaksanakan.
II.  Tujuan
Tujuan ditulisnya artikel ini adalah sebagai masukan dalam upaya peningkatan kualitas perpustakaan, sehingga tempat tersebut akan kembali menjadi sumber utama masyarakat dalam mencari informasi dan hiburan dalam kehidupan sehari-hari.
III.  Landasan Teori
Teori tindakan ekonomi adalah teori yang menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk ekonomis yang selalu berusaha mengeluarkan usaha sesedikit mungkin untuk hasil yang maksimal (ruangguruips.blogspot.com).
Sistem imbalan yang memiliki istilah lain kondisioning operan dikemukakan oleh B.F Skinner, seorang psikolog Amerika. Ia berpendapat bahwa manusia akan cenderung mengulangi perilakunya jika mendapat imbalan yang positif, dan tidak akan mengulangi perilaku yang membuatnya mendapatkan respon yang negatif (Santrock, 2005). Teori sederhana ini telah banyak diaplikasikan terhadap berbagai macam perilaku dan sikap masyarakat dewasa ini.
 IV.           Pembahasan
1. Masyarakat yang pragmatis
Sudah menjadi bawaan manusia untuk selalu mengaplikasikan prinsip opportunity cost: mengeluarkan usaha sesedikit mungkin untuk mendapat hasil yang maksimal. Kemajuan teknologi mempermudah usaha tersebut: sekarang, bermunculan aneka media praktis yang membuat manusia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mudah.
Hal inilah yang membuat perpustakaan sekarang mulai kehilangan tempat. Apa yang bisa diberikan perpustakaan, seperti hiburan dan informasi, bisa diberikan oleh media lain yang lebih mudah diakses dan lebih praktis. Masyarakat yang cenderung memilih media yang lebih menguntungkan, tentunya tidak akan memprioritaskan perpustakaan sebagai pilihan utama mereka.
Tetapi, tidak berarti masyarakat akan seratus persen kehilangan minat terhadap perpustakaan. Jika mengunjungi perpustakaan bisa memberikan sesuatu bagi mereka, sesuatu yang tidak akan didapat dari tempat lain, tentunya mereka akan mau kembali ke perpustakaan.
Yang mengejutkan, jika kita menilik keadaan di luar negri, ternyata kelangsungan hidup perpustakaan masih berjalan dengan lancar. Padahal, masyarakat disana pun tidak kalah pragmatis dengan masyarakat Indonesia. Apa yang membuat kondisinya berbeda? Pengelolaan yang profesional, yang juga mempertimbangkan sifat pragmatis masyarakat tersebut,  serta menyisipkan prinsip imbalan dalam sistem mereka.
2. Perpustakaan dan sistem imbalan
Yang dimaksud dengan imbalan, tidak berarti harus berupa hadiah langsung. Tetapi, imbalan tersebut bisa dalam berbagai macam bentuk. Yang penting adalah, kita bisa membuat pengunjung perpustakaan merasa mendapatkan sesuatu yang ‘lebih’, suatu hadiah yang tidak dia dapat jika berkunjung ke tempat lain. Tentunya, imbalan ini juga mesti disesuaikan dengan karakteristik pengunjung: anak-anak akan tertarik pada imbalan yang berbeda dengan orang dewasa.
Sebagai contoh konkretnya, untuk anak-anak, imbalan yang bisa diberikan dibuat hari-hari khusus dimana petugas perpustakaan akan membacakan buku bagi anak-anak, dan dalam acara tersebut akan diadakan kuis dan pembagian hadiah. Memang nantinya niat anak-anak itu tidak murni untuk membaca, tapi yang penting niat untuk datang ke perpustakaan terbangun dulu. Imbalan lainnya bisa berupa pemberian hadiah bagi pengunjung anak-anak yang telah meminjam sampai sepuluh kali. Inilah yang membuat perpustakaan menjadi berbeda dengan televisi, yang tidak akan memberikan hadiah apapun meskipun mereka menontonnya berkali-kali.
Bagi remaja, bisa diadakan kontes meresensi buku perpustakaan. Ini akan merangsang kreatifitas mereka, dan membuat mereka semakin sering mencari buku-buku bermutu di perpustakaan. Kontes yang dibuat dengan hadiah menarik, pasti akan menarik minat remaja, sehingga mereka mau menghabiskan sebagian waktu bergaulnya di perpustakaan.
Cara lainnya adalah dengan mengubah imej perpustakaan. Entah mengapa ada imej bahwa perpustakaan adalah tempat bagi orang yang kurang gaul, bisanya hanya belajar. Ini membuat banyak remaja enggan menginjakkan kaki di perpustakaan, sesuai dengan prinsip kondisioning operan juga: Jika mereka menginjakkan kaki di perpustakaan, mereka akan mendapat cap ‘kuper’, sebuah hukuman yang tidak menyenangkan.
Maka, kita bisa membuat perpustakaan menjadi sebuah tempat yang keren menurut parameter remaja: Desain yang modern, koleksi buku yang lengkap, ruang baca yang nyaman, mading dan papan informasi yang up to date, bahkan bisa dibuat kafe untuk pengunjung yang merasa haus dan lapar setelah membaca. Itu bisa menghilangkan kesan suram dari perpustakaan, sehingga hilanglah halangan bagi remaja untuk masuk ke dalamnya.
Bagi orang dewasa, bisa dibuat klub membaca yang memungkinkan para pengunjung saling bertukar pikiran tentang buku yang mereka baca. Ini adalah imbalan yang tidak bisa mereka dapat dari tempat lain: Di klub baca perpustakaan, mereka akan bertemu orang-orang dengan minat yang sama, yang membicarakan hal yang sama. Tempat yang tepat untuk mengistirahatkan diri dari penatnya pekerjaan.
Imbalan lain yang bisa diberikan perpustakaan adalah temu penulis. Sekarang ini semakin banyak penulis bermutu muncul dan menjadi idola masyarakat, dari mulai anak kecil hingga orang dewasa. Meskipun telah membaca bukunya, tentu sebagai penggemar, mereka tidak akan melewatkan kesempatan bertemu dengan penulis idolanya di perpustakaan. Ketika perjumpaan terjadi, akan tercipta kesan yang baik tentang perpustakaan: tempat dimana kita bisa berada dalam satu dunia dengan penulis kesukaan. Maka, akan timbul rasa untuk kembali lagi mengunjungi perpustakaan.
Bukan hanya kegiatan yang bisa menjadi imbalan daya tarik bagi masyarakat. Desain ruangan pun bisa membuat pengunjung merasa mendapatkan ‘sesuatu’ dari perpustakaan. Maka, desain perpustakaan mestilah dibuat senyaman mungkin, agar pengunjung mau mengulangi kunjungannya. Jika mendapatkan lingkungan yang tidak nyaman, maka prinsip kondisioning operan juga berlaku: orang akan cenderung untuk meninggalkan perilaku tersebut.
V.    Kesimpulan
Kita masih bisa menumbuhkan kembali rasa cinta perpustakaan pada masyarakat yang pragmatis, asalkan mau menyesuaikan metodenya dengan karakteristik mereka. Pada masyarakat dengan karakteristik seperti itu, maka sistem imbalan bisa menjadi solusi. Dengan sistem tersebut, diharapkan masyarakat akan mau mengunjungi perpustakaan berkali-kali setelah mereka mendapatkan imbalan yang tidak bisa mereka dapat dari tempat lain. Bentuk imbalan tersebut mesti berbeda-beda sesuai dengan usia dan karakteristik pengunjung.
VI.  Saran
Kita mesti bisa menjadi lebih kreatif dalam mencari jenis-jenis imbalan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat masyarakat. Imbalan yang tidak berubah dan itu-itu saja juga akhirnya akan membuat masyarakat menjadi bosan. Jadi, sistem imbalan tersebut mestilah kreatif dan mengikuti dinamika perubahan masyarakat.
VII.  Referensi
Santrock, J.W. 2005. Psychology. New York: Mc.Graw Hill.
Sja’roni, M. Anshor. 2008. Tindakan, Motif, dan Prinsip Ekonomi. http://ruangguruips.blogspot.com/2008/02/tindakan-ekonomi -berdasarkan-motif-dan.html. Diakses pada 28 September 2009.

Sabtu, 07 Juli 2012

Ayam Bakar Kemiri

Bumbu kemiri yang gurih-gurih wangi membuat ayam ini jadi spesial. Aroma bakar yang wangipun menambah sedap. Nikmati dengan sambal bajak, dengan plus sayuran segar. Santap sahurpun bakal jadi mantap!
Bahan:
1 ekor ayam, potong-potong
1 batang serai, memarkan
1 lembar daun jeruk
1 lembar daun salam
300 ml air
Haluskan:
6 siung bawang putih
3 butir bawang merah
3 butir kemiri
1 cm lengkuas
2 cm kunyit
20 g gula merah
1 sdt garam

Cara membuat:

-Taruh ayam dalam panci bersama bumbu.
-Beri serai, daun jeruk, daun salam dan air.
-Masak dengan api sedang hingga ayam lunak dan kuah habis.
-Tiriskan ayam.
-Bakar ayam di atas bara api hingga matang. Tiriskan.
Untuk 6 orang (detikfood)

BAKSO MIE


Bahan-Bahan
½ kilogram daging cincang
3 ulas bawang putih dan dihiris
50 gram tepung sagu
1 sudu teh garam atau secukup rasa
1 biji putih telur

Sediakan
1 mangkuk besar air mendidih
1 mangkuk air sejuk/air ais

Cara Penyediaan Bakso
1. Campur kesemua bahan dengan menggunakan tangan dan senduk sampai mesra dan tidak melekat.
2. Basahkan tangan dengan air, ambil campuran daging dengan tangan dan genggam dan keluarkan melalui celah jari telunjuk dan ibu jari.
3. Bulatkan bakso dengan sendok dan celupkan ke air panas mendidih sehingga terapung.
4. Pindahkan bakso yang terapung ke dalam air ais selama 5 minit. Lakukan sehingga selesai.

Kuah Bakso
1. Sediakan air rebusan daging.
2. Tambahkan garam, merica, dan gula secukup rasa.
3. Setelah mendidih masukkan bakso tadi dan masak sebentar lagi.

Cara Sajian
1. Sediakan mangkuk berisi mee kuning atau bihun yang sudah direbus.
2. tuang kuah sup dan baksonya, tabur potongan daun seleri dan bawang merah goreng.